Dia adalah orang yang pertama kali lahir setelah Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam hijrah. Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar As-Shiddiq,
seorang wanita yang bergelar Dzatu al-Nithaqain (si pemilik dua ikat
pinggang) dan seorang pahlawan wanita dalam hijrah. Sedangkan ayahnya
adalah Zubair bin Awwam, penolong Rasulullah SAW.
Abdullah bin Zubair membesar sebagai yang berani dan pahlawan. Pernah sekali Umar bin Khatthab melalui satu jalan dan anak-anak pun berlari ketakutan, kecuali dirinya.
Maka, Umar pun bertanya, “Hai nak, mengapa engkau tidak
lari seperti mereka?” la menjawab, “Mengapa aku harus Iari. Bukankah
jalan ini tidak sempit sehingga aku harus memberikan jalan untukmu dan
aku pun tidak berbuat salah?”
Mendengar jawaban itu Umar bin Khatthab
berkata, ”Jika engkau telah besar, ia akan menjadi orang besar.”
Dan, pada kenyataannya, Abdullah bin Zubair kemudian menjadi pemimpin orang-orang yang beriman. la ikut dalam beberapa pertempuran dahsyat padahal ia masih muda.
Dia tampil dengan keberanian yang luar biasa. la
juga ikut dalam penaklukan Afrika, Andalusia dan Kostantinopel.
Dalam peperangan menakluk Afrika, jumlah pasukan kaum Muslimin hanya sekitar 20.000 orang, sedangkan tentara musuh mencapai 100.000 pasukan.
Abdullah bin Zubair melihat kekuatan musuh terletak pada rajanya.
Kerananya, ia berseru kepada pasukannya, “Lindungi aku,” dengan maksud
untuk menerobos ke arah raja mereka dan menyerangnya dengan pedang.
Kemudian Abdullah berjaya membunuhnya sehingga musuh pun berjaya dikalahkan.
la adalah seorang yang banyak beribadah. Ia juga sering menangis kerana takut kepada Allah. Ibnu Abi Mulaikah menggambarkan Abdullah bin Zubair kepada Umar bin Abdul Aziz sebagai orang yang berjalan di antara dua tepian (dunia dan akhirat) dengan mulia.
Pada masa hendak melakukan
solat, Abdullah bin Zubair pun melupakan segala sesuatu, dan hanya
memikirkan solat, sehingga, andaikata burung-burung dara hinggap di
punggungnya, pada waktu sedang melakukan solat, maka dia tidak
merasakannya. Andaikata ada anak panah meluncur di antara janggut dan
dadanya, ia juga tidak akan merasakannya. Dalam solat, ia tidak akan
terkejut, apalagi ketakutan kerana sesuatu di luar shalat.”
Ibnu Abbas melukiskan kemuliaan Abdullah dengan mengatakan bahawa Abdullah bin Zubair adalah seorang yang gemar membaca al-Quran, mengikuti sunnah Rasul-Nya, banyak beribadah, dan selalu berpuasa di hari-hari yang sangat panas kerana takut kepada Allah. la adalah putera sahabat karib Rasulullah SAW, ibunya ialah Asma binti AsShiddiq, ibu saudaranya ialah Aisyah, isteri Rasulullah SAW.
la adalah orang yang menolak anarkisme. Dia menolak orang-orang mencaci-maki Usman bin Affan. Dia pernah berkata, “Demi Allah, aku tidak ingin berperang bersama-sama orang-orang yang mencaci-maki Usman.”
Abdullah bin Zubair kukuh dalam menghadapi Mu’awiyah dan tidak membaiat
Yazid. Tatkala ajal hendak menjemput, Mu`awiyah berkata kepada puteranya,
“Sungguh aku tidak khuatirkanmu, kecuali dari empat orang. Husain
bin Ali, Abdurahman bin Abu Bakar, tetapi tidak ada yang perlu ditakuti
darinya, Abdullah bin Umar, namun ia seorang yang wara’. Adapun orang
yang mengelak darimu seperti mengelaknya serigala ialah Abdullah bin
Zubair. Kerananya, jika engkau berjaya mengalahkannya cincanglah dia.”
Setelah Husain terbunuh dan Yazid bin Mu`awiyah meninggal, Abdullah bin
Zubair dapat mendirikan khilafah di Hijaz sehingga Abdul Malik bin Marwan
berkuasa sebagai khalifah. Lalu, Abdul Malik mengirim pasukan yang
dipimpin oleh seorang yang kejam Hajjaj bin Yusuf ats-Tsagafi untuk
menumpaskan Abdullah bin Zubair.
Hajjaj menghujani Ka’bah dengan panah api
dan melukai para penduduk Mekah sehingga mereka pergi meninggalkan
Abdullah bin Zubair. Kemudian Abdullah bin Zubair mendatangi ibunya Asma
binti Abu Bakar yang kedua matanya telah buta, untuk meminta nasihat
darinya.
Asma, ibunya, menasihatinya agar tetap bertahan sehingga kematian
datang menjemput. Asma berkata, “Demi Allah, tebasan sebilah pedang
demi kemuliaan adalah jauh lebih balk daripada cambukan sepotong cemeti
dalam kehinaan.”
Abdullah bin Zubair menjawab perkataan ibunya, “Wahai
ibuku, aku takut bila mereka telah membunuhku, mereka akan menjadikan
jasadku sebagai contoh di tengah-tengah penduduk.”
Lalu Asma berkata
dengan perkataannya yang sangat masyhur, “Adakah kambing yang telah
disembelih akan merasakan sakitnya dikuliti?”
Maka, Abdullah bin Zubair
pun lalu pergi menghadapi Hajaj sampai menemui ajalnya sebagai syahid.
Setelah itu, Hajjaj bin Yusuf mendatangi Asma binti Abu Bakar menanyakan
tentang hajatnya.
Namun, dengan penuh keberanian Asma menjawab, ‘`Aku
telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa
akan muncul dari bani Tsagif seorang pendusta dan seorang yang kejam. Adapun pendusta itu kami telah mengetahuinya, sedangkan seseorang yang
kejam dan sewenang-wenang itu aku tidak menemuinya selain dirimu.”
Dan
setelah puteranya disalib, ia berkata, “Sekarang telah tiba waktunya
bagi penunggang kuda yang ulung ini untuk menapak di atas tanah.”
Maka,
orang-orang pun menurunkan Abdullah bin Zubair dan kemudian
mengebumikannya. Sedangkan Asma, ibunya, terus menangisinya sehingga
kembali ke pangkuan Ilahi. Semoga Allah meredhai Abdullah bin Zubair dan
ibunya.mustafit
No comments:
Post a Comment