Tuesday, November 1, 2011

64 tahun terpisah akibat kekejaman Israel

Diusir secara paksa dan dengan kekerasan, dua bersaudara ini berpindah dari satu tempat ke tempat lainya menjadi pendatang. Kerinduan untuk kembali bertemu dengan ibu tercinta adalah harapan dan cita-cita seluruh Palestin dimanapun mereka berada.

Hjh Rosmiyah Abdul Hamid puteri keluarga Shufuriyah yang terusir dari tanah keluarganya dalam penderitaan, sudah lama tidak melihat negaranya, tanahnya dan tidak mencium wangi tumbuhannya.

Hjh Rosmiyah (64 tahun) meninggalkan kampungnya di Shufuriyah dan negaranya Palestin sejak tahun 1948, semasa terjadinya pencerobohan Palestin (penjajahan). Semasa itu dirinya masih kecil baru berumur 2 tahun. Sementara saudarinya, Raimah berusia 11 tahun.

Rosmiyah tidak boleh menceritakan bagaimana perasaannya semasa bertemu dengan saudaranya yang sudah lama tidak bertemu. “Saya tidak boleh mempercayai peristiwa ini. Malah saya tidak percaya akan dapat kembali bertemu dengan saudaraku dan mencium tanahnya yang sudah ditinggalkanya sejak kecil."
Awal Cerita
Tahun-tahun berlalu, tidak lekang dari ingatan semua bangsa Palestin dimanapun mereka berada dapat bermimpi untuk kembali dan berkumpul dengan saudaranya. 
Ummu Adil, Raimah Abu Shalah yang tinggal di daerah Shufuriyah berhampiran Nazaret, tidak pernah bertemu dengan saudarinya, Rasmiyah Abdul Hamid sejak 64 tahun yang kini tinggal di salah satu Kem pendatang di Lubnan, lalu berpindah ke Jerman, mengikuti pemergian suaminya 20 tahun lalu.
Ia mulai mencari keluarga dan saudaranya yang ia tinggalkan sejak pemergian suaminya di Lubnan. Ia tinggal sendirian ditemani harapan bahawa ia masih mempunyai saudara. 
Ia tinggal di Jerman hingga mendapat kwarganegaraan Jerman yang memungkinkan ia dapat kembali ke kampung Shufuriyah Palestin.

Setelah enam dekad ia meninggalkan tanah kelahiranya, kini ia kembali memijak dan mencium bau tanahnya. Ketika berdiri di gerbang depan rumah keluarganya, ia bahkan mencium setiap wanita yang dikira saudaranya, setelah seorang wanita mengkhabarkan bahawa ia bukan saudaranya, lalu ia mencium wanita lainnya tapi wanita ini juga memberitahu bahawa ia juga bukan saudaranya.

Hingga ketika ia sampai pada satu tubuh wanita yang tidak dikenalnya dan wanita itu tidak mengenalinya kerana berpakaian bukan khas Palestin. 
Tapi tatkala diketahui bahawa dia adalah saudaranya yang sudah 64 tahun tak bertemu, barulah meledak tangisan keduanya, saling berpelukan menangis bersengukan, tidak menyangka dapat bertemu dengan saudara yang telah lama ditinggalkanya.

Hj Ramiyah masih terus menceritakan kisahnya yang masih ia ingat. Ketika pada suatu malam yang pekat di bulan Ramadhan tahun 1948. Semua keluarga di Shufuriyah semasa itu sedang menunggu suara adzan. 
Tapi tiba-tiba yang mereka dengar adalah suara tembakan dan bom serta gugurnya sejumlah syuhada terkena tembakan mortal dan senjata otomatik.

Semasa itu, keluarganya dipaksa ke luar dari rumahnya dengan kekerasan agar meninggalkan tempat tinggalnya. Maka pertama daerah yang pertama mereka tuju adalah Lubnan, sebagaimana para keluarga lainya di Hebron atau Sahil, setelah kampungnya digempur jentolak dan rumahnya hancur rata dengan tanah.

Tidak Menyangka
Hjh Rosmiyah duduk di samping saudarinya Hjh Raimiyah di rumah salah seorang keluarganya. Mereka saling bercerita kisah masing-masing. Keduanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian ini. 
Ketika Rosmiyah bersama saudara-saudaranya meninggalkan tempat kelahirannya menuju Lubnan, kemudian berkahwin dengan seorang warga Palestin berasal dari Shufuriyah, setelah terjadinya perang tahun 1966.

Keduanya kemudian tinggal di Kem Zatir Libanon. Dan pada masa terjadinya perang tahun 1973, mereka berpindah ke Berlin, Jerman menjadi pendatang. 
Setelah berusaha sekian lamanya, akhirnya ia mendapat kewarganegaraan Jerman untuk mendapatkan pasport hingga dapat mengunjungi Palestin dan bertemu dengan saudaranya, Ramiyah.Republica

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...