غَفْلَةُ
Ghaflah (Lalai)
Fenomena yang kontras dari umat Islam sekarang ini, mereka lalai untuk berzikir kepada Allah, padahal Ramadhan musim kebaikan, ampunan dan 
pembebasan dari api neraka.
Di antara fenomena lalai tersebut ada yang berakibat pada kerasnya hati:
-        Melewati malam hari dengan berlalu tanpa dzikir dan tilawah qur’an dan tidur pada siang harinya, sehingga mengabaikan waktu solat dan tidak tepat waktu dalam menunaikannya.
-        Mengabaikan waktu-waktu penting dengan mengikuti 
program-program tidak bermanfaat, seperti menonton drama TV, malam dan 
siang hari, dan enggan mencari kerja yang bermanfaat dan amal yang baik.
-        Banyak melakukan pertemuan-pertemuan dan kunjungan-kunjungan
 ke tempat-tempat yang melalaikan, tempat senda gurau dan mungkar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Kewajiban bagi orang yang 
berpuasa dan yang lainnya adalah bertaqwa kepada Allah terhadap apa yang
 datang dan pergi dari seluruh waktu-waktunya, berhati-hati terhadap 
perbuatan yang diharamkan Allah, seperti menyaksikan filem-filem lucah
 yang menampakkan sesuatu yang diharamkan untuk dilihat, 
nyanyian-nyanyian, alat-alat pembuat lalai, seruan atau ajakan-ajakan 
yang menyesatkan… Kerana perbuatan itu sebahagian dari yang mungkar dan 
perbuatan mungkar, menyebabkan keras dan sakitnya hati, menganggap remeh
 syariat Allah, dan merasa berat terhadap kewajiban-kewajiban yang telah
 ditetapkan oleh Allah.” (Majmu fatawa Abdul Aziz bin Baz; 4/158)
ف
فِطْرُ
Fithru (Berbuka)
Ketika mendengar azan Maghrib, maka ingatlah wahai saudaraku beberapa sunah berbuka;
- Menyegerakan berbuka.
لاَ يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ. إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ 
“Agama ini akan terus tampak di muka bumi selama 
manusia menyegerakan berbuka puasa, kerana Yahudi dan Nasrani selalu 
mengakhirkannya.” (Abu Daud, dan Al-Albani berkata; Isnadnya shahih)
- Berbuka dengan ruthab (kurma basah) atau tamar (kurma kering).
 كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ 
الرُّطَبُ لَمْ يُفْطِرْ إِلاَّ عَلَى الرُّطَبِ، وَإِذَا لَمْ يَكُنْ 
الرَّطَبُ لَمْ يُفْطِرْ إِلاَّ عَلَى التَّمْرِ
“Bahawa Nabi saw. jika ada ruthab maka beliau tidak berbuka 
kecuali dengan ruthab, dan jika tidak ada ruthab beliau tidak berbuka 
kecuali dengan tamar.” (Shahih al-jami’ as-shagir lil Albani).
- 3. Berdoa semasa berbuka dengan doa yang ma’tsur,
 ذَهَبَ الظَّمأُ ، وابْتَلَّتِ العُرُوقُ ، وثَبَتَ الأجرُ إِن شاءَ اللهُ
“Telah pergi rasa haus dan basah kerongkong serta telah ditetapkan ganjarannya insya Allah.” (Abu Daud dan dihasankan oleh Al-Albani).
- Mendoakan orang yang berbuka bersamanya
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلائِكَةُ 
“Telah berbuka di sisi kalian orang-orang yang berpuasa, sedangkan Malaikat bershalawat atas kalian.” (Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani).
 
