Sunday, November 13, 2011

Kisah Ummu Habibah, Puteri Abu Sufyan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIn2g9g8I6n_TZS58Ff_DQo5iFuUMVOHzHR3RLdIG7Pi5c55cnRtf2BzCU7Fw3hr5PzaTVpCd54L839ex1xdYKb4W_6Hju-kE7dBx5jZj3XiCfJPD4MKX0SY-3EydX2C4zqejn1IIIHRk-/s320/jihad.jpg
 
Ramlah binti Abu Sofyan dilahirkan dua puluh lima tahun sebelum hijrah atau lebih kurang tiga belas tahun sebelum Muhammad saw diangkat Rasul. 
 
Ayahnya adalah Shakhr bin Harb bin Umayyah yang dikenal sebagai Abu Sufyan. Dia adalah pembesar Quraisy yang termasyhur pada masanya. Sedangkan ibunya bernama Saffiyyah binti Abul Ash.

Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Ramlah menjadi seorang gadis cantik yang dikagumi pemuda-pemuda Quraisy. Salah seorang di antara mereka adalah Ubaydillah bin Jahsy, pemuda bangsawan Quraisy yang tekun mempelajari ajaran Nabi Isa as dan selalu menyertai Waraqah bin Naufal, seorang pendeta nasrani. 

Dia melamar Ramlah. Lamaran itu diterima dan tak lama kemudian mereka berkahwin.

Beberapa waktu setelah perkahwinan tersebut, Muhammad saw diangkat sebagai Rasul. Berita ini tersebar di kalangan masyarakat Quraisy. 

Ubaydillah menyambut seruan Rasulullah dan menyatakan keimanannya kerana dia mendengar Waraqah bin Naufal membenarkan kenabian Muhammad saw. Ramlah pun mengikuti jejak suaminya, memeluk Islam.

Semasa Ramlah sedang mengandung, Rasulullah saw menyerukan kaum muslimin untuk berhijran ke Habsyah. Maka berangkatlah Ramlah dan suaminya menuju ke Habsyah. 

Ramlah melahirkan Habibah, anaknya di Habsyah. Sejak itu ia lebih dikenali dengan sebutan Ummu Habibah.

Suatu malam, Ramlah terbangun dari tidurnya. Dia bermimpi buruk tentang suaminya. Diriwayatkan dari Ismail bin As, Ummu Habibah berkata, aku melihat suamiku, Ubaydillah bin Jahsy dalam mimpi dengan penampilan yang sangat buruk. 

Aku terkejut kemudian berkata, ‘demi Allah engkau telah berubah’.

Pagi harinya, Ubaydillah bin Jahsy berkata, “ummu Habibah, aku berfikir tentang agama, dan menurutku tidak ada agama yang lebih baik dari agama nasrani. Aku memeluknya dulu. 
 
Kemudian aku bergabung dengan agama Muhammad, tetapi sekarang aku kembali memeluk Nasrani.”
 
Ramlah berkata, “Demi Allah! Tidak ada kebaikan bersamamu!” Kemudian diceritakanlah pada suaminya mimpi itu, tetapi Ubaydillah tak menghiraukannya. Ubaydillah kemudian menjadi peminum arak sampai akhir hayatnya.

Setelah Ubaydillah meninggal, Ramlah bermimpi Ubaydillah mendatangi dan memanggilnya Ummul Mukminin. Ramlah terkejut dan menafsirkan bahawa Rasulullah akan menikahinya. 

Setelah berpisah dengan suaminya, Ramlah membesarkan anaknya sendirian di Habsyah. Peristiwa yang menimpa Ramlah didengar oleh Rasulullah saw. 

Setelah masa idah Ramlah selesai, Rasulullah meminta bantuan Negus, penguasa Habsyah untuk melamarkan Ramlah. Setelah membaca surat dari Rasulullah, Negus mengutus Abrahah, seorang budak perempuannya untuk menjumpai Ramlah. 

Ramlah menerima lamaran Rasulullah dengan mas kawin sebesar 400 dinar. Khalid bin Sad menjadi wali pernikahannya pada masa itu. Pernikahan itu terjadi sekitar tahun ketujuh hijrah.

Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Khaibar, rombongan muhajirin dari Habsyah termasuk Ramlah kembali ke Madinah dan menetap bersama Rasulullah saw. 

Ramlah selalu tegas dan teguh berpegang kepada Islam termasuk dalam menghadapi Abu Sufyan, bapanya. Salah satu ucapan Ramlah kepada Abu Sufyan adalah, “ayahku adalah Islam. Aku tidak mempunyai ayah selainnya, selama mereka masih membanggakan Bani Qais atau bani Tamim.” 
 
Pada kesempatan lain, setelah perjanjian Hubaybiah, Abu Sufyan yang datang ke Madinah untuk bertemu Rasulullah bertemu Ramlah. 

Semasa itu Ramlah antara lain berkata,  “Allah telah menunjukkan Islam kepadaku. Ayah adalah pemimpin dan pembesar Quraisy. Apa yang membuat ayah enggan masuk Islam? Ayah menyembah berhala yang tidak mendengar dan tidak melihat.”

Ummu Habibah gusar memikirkan kedua-dua ibu bapanya yang masih belum menerima Islam. Dia berfikir, apakah ayah dan ibunya telah dimatikan hatinya oleh Allah sehingga sanggup mati dalam kekufuran. Lalu, Ummu Habibah menghiburkan hatinya dengan firman Allah S.W.T.

‘Semoga Allah akan mengadakan perasaan kasih sayang antara kamu dengan orang-orang yang kamu musuhi dari kerabat kamu itu (dengan jalan menjadikan mereka insaf dan memeluk Islam) dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa (atas tiap-tiap sesuatu), dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.’ (al-Mumtahanah:7)

Beberapa tahun kemudian, Rasulullah saw meninggal dunia. Sepeninggalan Rasulullah, Ramlah benar-benar menyibukkan diri dengan beribadah danberbuat kebaikan. 

Dia berpegang teguh dengan nasihat Rasulullah saw dan sentiasa berusaha menyatukan kaum muslimin dengan kemampuannya sehingga ia meninggal dunia pada tahun ke 46 Hijrah (pendapat lain menyatakan sehingga 44 Hijrah).

1 comment:

Zonahobisaya said...

Laba vietne : Zonahobisaya
Laba vietne : One Piece
Laba vietne : lambang
Laba vietne : One Piece
Laba vietne : Zonahobisaya
Laba vietne : One Piece
Laba vietne : Zonahobisaya
Laba vietne : Zonahobisaya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...