Thursday, August 2, 2012

Kamus Ramadhan 5 : Syukru , Shiamus Shagir , Dha’fu


http://al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2012/08/sujud-1.jpgش
شُّكْرُ

Syukru (Bersyukur)

Tidak berlebih-lebihan adalah salah satu bentuk rasa syukur.

Kebanyakan kita menyiapkan diri menyambut Ramadhan dengan membeli pelbagai makanan dan minuman yang tidak diperolehi di luar bulan Ramadhan.

Bagitu juga kaum ibu, sibuk mempersiapkan bulan Ramadhan dengan berbagai macam makanan untuk berbuka yang melebihi keperluan keluarga sehingga terjadi tabzhir atau berlebihan. Berlebihan adalah saudara syaitan.
Yang sepatutnya dilakukan adalah sederhana.

“Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan kerana sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31)

Ingat, bersyukur akan menambah kenikmatan lainnya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim:7)
ص
صِيَامُ الصَّغِيْرِ

Shiamus Shagir (Biasakan Si Kecil Berpuasa)

Berusahalah memotivasi anak-anak untuk berpuasa, dan berikan  teladan kepada mereka untuk solat. Kelak jika mereka sudah baligh, mereka tidak merasa mendapatkan beban yang berat.

Bahawa para sahabat seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim- mengajarkan anak-anak mereka yang masih kecil untuk berpuasa, dan membuatkan mereka permainan dari kulit, jika mereka bertanya tentang makanan, merengek  meminta makanan, maka diberikan permainan sehingga membuat mereka lupa dan dapat menyempurnakan puasanya.

Al-hafizh Ibnu Hajar menyebutkan bahawa dalam hal tersebut ada alasan syar’i, iaitu melatih anak-anak kecil untuk berpuasa.

Tuesday, July 31, 2012

Kamus Ramadhan 4 : Rukhsah Al-Fitri , Zakat Al-Fitri , Sahur

http://al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2012/07/sahur.jpgرُّخْصَةُ الْفِطْرِ

Rukhsah Al-Fitri (Dispensasi/Berbuka)

Di antara kemudahan ajaran Islam adalah Allah swt. memberi dispensasi bagi  musafir untuk berbuka pada siang hari di bulan Ramadhan, baginya berat berpuasa atau tidak.

Dari Hamzah bin Amru Al-Aslami ra, berkata: “Wahai Rasulullah saw: Saya mendapati bapa saya kuat untuk berpuasa semasa musafir, maka apakah itu dosa? Nabi bersabda: “Itu merupakan keringanan dari Allah, maka bagi siapa yang mengambil maka baik baginya dan bagi siapa yang suka untuk berpuasa maka tidak ada dosa atasnya.” (Muslim)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang mengambil rukhsah yang diberikan, sebagaimana Allah membenci orang yang melakukan maksiat.” (Muslim)

Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Bahawa yang utama bagi orang yang berpuasa adalah berbuka secara mutlak jika dalam perjalanan, namun bagi yang ingin berpuasa dipersilakan dan tidak ada dosa atasnya. Tidak ada perbezaan antara orang yang musafir dengan menggunakan kereta, unta,  perahu  kapal laut, atau pesawat terbang, kerana semuanya mencakupi bahagian dari musafir yang boleh mengambil rukhsahnya.” (Majmu’ fatawa, syikh bin Baz, 4/178, ringkasan)
ز
زَّكَاةُ الْفِطْرِ

Zakat Al-Fitri (Menunaikan Zakat Fitrah)

Allah swt. mensyariatkan zakat fitrah sebelum ditunaikan solat Eidulfitri.

 “Zakat fitrah untuk membersihkan jiwa orang yang berpuasa dari laghwu (senda gurau) dan rafats (perkataan kotor), sekaligus memberikan makan kepada orang-orang miskin. Bagi siapa yang menunaikannya sebelum solat maka ia merupakan zakat fitrah yang makbul dan barangsiapa yang menunaikannya setelah solat Eidulfitri, maka ia merupakan sedekah biasa.” (Baihaqi dan ditashih oleh Al-Albani).

Di antara hukum-hukumnya adalah:
  1. Wajib atas setiap jiwa seorang muslim untuk mengeluarkannya, dan juga anggota keluarganya iaitu anak-anaknya, isteri-isterinya dan pembantunya (atau orang yang berada dibawah tanggungannya).
  2. Pembantu yang memiliki kewajiban berzakat atas dirinya, maka disunnahkan bagi orang yang  mengambilnya sebagai pembantu untuk membayarkan zakatnya.
  3. Besarnya zakat adalah satu sha’, berupa makanan pokok suatu negeri; seperti tamr, sya’ir, bur (gandum), dzurrah (jagung) atau aruz (beras). Satu sha’ sama dengan 3 kg.
  4. Orang yang yang berada dalam kandungan tidak diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya, namun disunnahkan.
  5. Sunnahnya diserah terus kepada orang-orang miskin di daerah tempat muzakki tinggal dan tidak memindahkannya ke daerah lain.
  6. Boleh mengeluarkannya satu atau dua hari sebelum idul fitri, atau pada malam ke 28 dan ke 29.

Monday, July 30, 2012

Kamus Ramadhan 3 : Khuruj Minal Manzil , Do’a , Dzikir


http://al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2012/07/ramadhan-doa.jpgخ
 خُرُوْجُ مِنَ الْمَنْزِلِ

Khuruj Minal Manzil (Keluar Dari Rumah)

Pada bulan Ramadhan umat Islam lelaki dan perempuan sangat dianjurkan untuk keluar dari rumah mereka untuk menunaikan solat tarawih dan mendengarkan ta’lim di masjid.

“Janganlah kalian melarang isteri-isteri kalian ke masjid, namun di rumah lebih baik bagi mereka.” (Abu Daud ditashih oleh Al-Albani)

Muslimah keluar rumah dengan tetap melaksanakan hijab syar’i, sebagaimana yang disebutkan para ulama; menutupi seluruh badan, tidak menampakkan perhiasan, tidak nipis sehingga tembus padang, tidak ketat sehingga menampakkan lekuk tubuh, tidak semerbak wangi-wangian serta tidak menyerupai lelaki dan lelaki tidak menyerupai perempuan, tidak menyerupai orang-orang kafir, dan juga tidak berpakaian yang menaikkan syahwat.”
Jangan sia-siakan malam-malam yang agung di tempat-tempat membeli-belah dan tempat-tempat tiada guna lainnya.

د
دُّعَاءُ

Do’a (Berdoa)

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina.”
“Doa adalah otak ibadah.” (Ahmad dan yang lainnya, dan ditashih oleh Al-Albani)

Oleh itu jangan lewatkan masa berharga pada bulan yang dimuliakan ini dengan bersungguh-sungguh bersimpuh dihadapan Allah swt., meminta dua kebaikan; dunia dan akhirat. Memperbanyak doa pada saat-saat mustajabah (doa-doa dikabulkan) seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw:

“Orang yang berpuasa hingga berbuka, orang yang sedang dalam perjalanan, orang tua terhadap anaknya, muslim kepada sesama muslim dari kejauhan, antara azan dan iqomat, pada sepertiga malam terakhir, pada waktu bersujud, pada masa turun hujan, dan pada akhir waktu hari jum’at.”

Ikhlas dalam berdoa, bersuara lembut dan tidak tergesa-gesa serta yakin dengan pengkabulan do’a, ingatlah hadits nabi saw:

“Sesungguhnya Tuhan kalian selalu hidup dan Maha dermawan, akan malu dari hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya, memohon kepada-Nya, kemudian Allah tidak mengkabulkannya.” (Abu Daud dan ditashihkan oleh Al-Albani)

Begitu pula jangan terlalu lemah dalam berdoa. Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang paling lemah adalah yang lemah semasa berdoa dan orang yang bakhil adalah orang yang tidak mahu mengucapkan salam.” (Baihaqi dan ditashih oleh Al-Albani)

Sunday, July 29, 2012

Kamus Ramadhan 2 : Tsubut Syahr , Juud , Hifzhul Jawarih

http://al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2012/07/ramadhan2.jpgث
ثُبُوْتُ الشَّهْرِ
Tsubut Syahr (Ketetapan Bulan)

Bulan Ramadhan ditetapkan masuk dan keluarnya melalui rukyah atau melihat hilal (anak bulan).

“Janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat hilal dan jangan berbuka sehingga kalian melihat hilal, dan jika terjadi kesamar-samaran maka hitunglah baginya (hingga hari 30). Dalam riwayat lain: “Lengkapilah hingga 30 hari.” (Muttafaq alaih).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan ijma Ulama bahawa tidak boleh bergantung pada hisab saja dalam menentukan hilal. (Majmu fatawa syaikh bin Baz, 4/174)

Seorang muslim hendaknya berpuasa mengikuti negara di mana dia tinggal, begitu pun dengan berbuka, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:  

“Puasa pada hari kalian berpuasa dan berbuka pada hari kalian berbuka, sementara Idul Adha pada masa kalian berkorban.” (Tirmidzi dan ditashih oleh Al-Albani)

ج
جُوْدُ

Juud (Berderma)

Ramadhan sebagai titik tolak munculnya sifat prihatin dan solidariti.  Setiap orang yang berpuasa, pasti merasakan lapar, haus, letih. Dengan merasakan ini, akan melahirkan sikap solidariti kaum lemah.

“Bahawa Rasulullah saw. merupakan manusia paling dermawan terhadap kebaikan, dan kedermawanannya meningkat saat masuk bulan Ramadhan, ketika Jibril mentalaqqi nabi, dan Jibril selalu mentalaqqinya setiap malam bulan Ramadhan hingga selesai membaca Al-Qur’an, dan ketika dijumpainya, nabi paling dermawan dalam kebaikan dibanding angin yang bertiup.” (Bukhari)