Monday, October 17, 2011

Hidayah datang melalui kanak-kanak pencuci kasut

 
 
Sebelumnya, Idris Tawfiq (gambar yang kiri) adalah seorang paderi gereja Katholik Rom di England. Mulanya, ia mempunyai pandangan negatif terhadap Islam. Baginya semasa itu, Islam hanya sama dengan terorisme, potong tangan, diskriminasi terhadap perempuan, dan lain sebagainya.

Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramid itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka. Berikut pengakuan Idris tentang keputusannya memilih Islam:

Apa yang membuatkan anda tertarik pada Islam?
 
Perkenalan saya dengan Islam datang dari seorang kanak-kanak di jalanan di Kaherah, mencuci kasut dengan selipar di kakinya. Dia melihat kulit putih saya dan menyapa saya dengan assalamu alaikum. 
 
Sepanjang 40 tahun di England, saya pernah melihat Muslim; saya melihat mereka di jalan-jalan, dan saya percaya apa yang televisyen katakan pada saya tentang Muslim yang akan memotong tangan saya atau memukul para wanita; tapi anak kecil itu sungguh membuka jendela yang lain tentang Islam.

Setelah saya menjadi Muslim beberapa tahun kemudian, saya katakan pada audiens saya di Manchester Metropolitan University tentang anak itu. Saya memberitahu mereka bahawa pada Hari Penghakiman ia akan mendapatkan kejutan dalam hidupnya.
 
Apa yang anda tahu tentang Islam setelah itu?
 
Dia sangat membekas di hati saya. Apa yang saya sukai tentang Islam adalah kesederhanaannya. Sayangnya, umat Islam memperumitkan agama mereka, baik untuk diri mereka sendiri dan ketika menjelaskan kepada non-Muslim. 
 
Padahal, Islam dapat diringkas dalam dua pernyataan sederhana: satu, Allah itu Ada, dan dua, bahawa Allah berbicara kepada ciptaan-Nya melalui Kalamnya (Al Quran). Itu adalah Islam. Itulah pesan Islam yang ada sejak awal waktu.

Kesederhanaan Islam memastikan daya tarik universal. Islam berbicara kepada hati semua orang, di mana-mana. Tapi sebagai Muslim, kadang-kadang kita berkonsentrasi pada perkara remeh, perkara yang tidak penting ketika dunia pada umumnya adalah haus akan Allah. 
 
Mereka tidak tahu bahawa mereka sedang haus untuk Allah, dan kekosongan dalam hidup mereka diisi oleh mabuk, kekerasan, premanisme, kasut, berbelanja, dan segala hal.

(Dia melihat reaksi terhadap kematian Puteri Diana sebagai indikasi kerinduan ini. "Ketika Putri Diana meninggal, orang menangis di jalanan. Aku boleh melihat sekarang bahawa orang-orang tidak berkabung atas kematian puteri. Mereka berkabung atas kematian kebaikan, hilangnya keindahan dalam hidup kita, dan mereka menangis. Kerana orang menginginkan kebaikan, mereka mencari kebaikan, dan untuk perdamaian kebahagiaan, dan dan keindahan)

Apa yang anda dapat selepas pertemuan itu?
 
Ketika saya kembali ke England, saya mulai mengenali Islam dan Muslim. Saya mulai mengajar di sebuah sekolah di mana ada banyak kanak-kanak Muslim, dan saya datang untuk melihat secara langsung bahawa mereka tidak seperti yang diberitakan media massa. 
 
Islam tiba-tiba merasuk dalam hidup saya. Di sekolah, ketika saya akan mengajar tentang Nabi Muhammad, saya menemukan air mata di mata saya atau benjolan di kerongkong saya ketika saya berbicara tentang rukun Islam.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun
 
''Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran).'' (Al-Maidah ayat 83).

Dari sini, Tawfiq mengaku makin intensif mempelajari Islam. Malah, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Syarikat, dan ketika banyak orang menuduh pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi hairan. Sungguhpun masih memeluk Kristian Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

Ia menjadi rajin berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ''Apa yang kamu lakukan semasa menjadi Muslim?''

Yusuf Islam menjawab. ''Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, solat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,'' ujar Yusuf.

Tawfiq berkata, ''Semua itu sudah pernah saya lakukan.'' Yusuf berkata, ''Lalu apa yang anda tunggu?'' Saya katakan, ''Saya masih seorang pemeluk Kristian.''

Percakapan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Setelah solat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. 
 
Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat. Beberapa minit setelah itu, ia rasmi menjadi penganut Islam.

Di berbagai kesempatan, anda selalu berkata tentang Islam sebagai agama yang toleran dan pentingnya toleransi. Mengapa?
 
Ini bukan tentang menyerah atau apapun. Kejujuran adalah penting. Saya telah bertemu dengan beberapa tokoh agama yang sangat penting dari seluruh dunia dan kadang-kadang anda perlu untuk mengatakan kepada mereka sejak awal, 
 
"Meskipun saya sepenuhnya Muslim dan Saya menyatakan bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahawa Muhammad adalah nabi-Nya, saya masih menghormati agama Anda."

Penghormatan terhadap agama lain dan kepercayaan mereka secara fundamental adalah penting. Orang akan mendengar anda jika anda menghormati mereka. Jika anda keras kepada orang-orang, mereka menjadi defensif dan tidak ingin mendengar apa yang anda katakan.Republica

No comments:

Post a Comment