Sebelumnya, Idris Tawfiq (gambar yang
kiri) adalah seorang paderi gereja Katholik Rom di England. Mulanya, ia
mempunyai pandangan negatif terhadap Islam. Baginya semasa itu, Islam
hanya sama dengan terorisme, potong tangan, diskriminasi terhadap
perempuan, dan lain sebagainya.
Namun,
pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di
negeri Piramid itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan
kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta
keramahan sikap mereka. Berikut pengakuan Idris tentang keputusannya
memilih Islam:
Apa yang membuatkan anda tertarik pada Islam?
Perkenalan
saya dengan Islam datang dari seorang kanak-kanak di jalanan di Kaherah,
mencuci kasut dengan selipar di kakinya. Dia melihat kulit
putih saya dan menyapa saya dengan assalamu alaikum.
Sepanjang 40 tahun di England, saya pernah melihat Muslim; saya melihat mereka di
jalan-jalan, dan saya percaya apa yang televisyen katakan pada saya tentang
Muslim yang akan memotong tangan saya atau memukul para wanita; tapi
anak kecil itu sungguh membuka jendela yang lain tentang Islam.
Setelah saya menjadi Muslim beberapa tahun kemudian, saya katakan pada audiens saya di Manchester
Metropolitan University tentang anak itu. Saya memberitahu mereka bahawa
pada Hari Penghakiman ia akan mendapatkan kejutan dalam hidupnya.
Apa yang anda tahu tentang Islam setelah itu?
Dia
sangat membekas di hati saya. Apa yang saya sukai tentang Islam adalah
kesederhanaannya. Sayangnya, umat Islam memperumitkan agama mereka, baik
untuk diri mereka sendiri dan ketika menjelaskan kepada non-Muslim.
Padahal, Islam dapat diringkas dalam dua pernyataan sederhana: satu,
Allah itu Ada, dan dua, bahawa Allah berbicara kepada ciptaan-Nya melalui
Kalamnya (Al Quran). Itu adalah Islam. Itulah pesan Islam yang ada
sejak awal waktu.
Kesederhanaan
Islam memastikan daya tarik universal. Islam berbicara kepada hati
semua orang, di mana-mana. Tapi sebagai Muslim, kadang-kadang kita
berkonsentrasi pada perkara remeh, perkara yang tidak penting ketika
dunia pada umumnya adalah haus akan Allah.
Mereka tidak tahu bahawa
mereka sedang haus untuk Allah, dan kekosongan dalam hidup mereka diisi
oleh mabuk, kekerasan, premanisme, kasut, berbelanja, dan segala hal.
(Dia
melihat reaksi terhadap kematian Puteri Diana sebagai indikasi kerinduan
ini. "Ketika Putri Diana meninggal, orang menangis di jalanan. Aku boleh
melihat sekarang bahawa orang-orang tidak berkabung atas kematian puteri. Mereka berkabung atas kematian kebaikan, hilangnya keindahan dalam
hidup kita, dan mereka menangis. Kerana orang menginginkan kebaikan,
mereka mencari kebaikan, dan untuk perdamaian kebahagiaan, dan dan
keindahan)
Apa yang anda dapat selepas pertemuan itu?
Ketika
saya kembali ke England, saya mulai mengenali Islam dan Muslim. Saya
mulai mengajar di sebuah sekolah di mana ada banyak kanak-kanak Muslim,
dan saya datang untuk melihat secara langsung bahawa mereka tidak seperti
yang diberitakan media massa.
Islam tiba-tiba merasuk dalam hidup saya.
Di sekolah, ketika saya akan mengajar tentang Nabi Muhammad, saya
menemukan air mata di mata saya atau benjolan di kerongkong saya ketika
saya berbicara tentang rukun Islam.
Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.
''Dan
apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Alquran).'' (Al-Maidah ayat 83).
Dari
sini, Tawfiq mengaku makin intensif mempelajari Islam. Malah, ketika
terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar
World Trade Center (WTC) di
Amerika Syarikat, dan ketika banyak orang menuduh pelakunya kalangan
Islam. Ia menjadi hairan. Sungguhpun masih memeluk Kristian Katholik, ia
yakin, Islam tidak seperti itu.
Ia menjadi rajin berkunjung ke Masjid terbesar di London.
Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian
memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ''Apa yang kamu lakukan
semasa menjadi Muslim?''
Yusuf
Islam menjawab. ''Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, solat
lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,'' ujar Yusuf.
Tawfiq berkata, ''Semua itu sudah pernah saya lakukan.'' Yusuf berkata, ''Lalu apa yang anda tunggu?'' Saya katakan, ''Saya masih seorang pemeluk Kristian.''
Percakapan
terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Setelah solat selesai
dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan
ingin masuk Islam di hadapan umum.
Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan
cara mengucap dua kalimat syahadat. Beberapa minit setelah itu, ia rasmi
menjadi penganut Islam.
Di berbagai kesempatan, anda selalu berkata tentang Islam sebagai agama yang toleran dan pentingnya toleransi. Mengapa?
Ini
bukan tentang menyerah atau apapun. Kejujuran adalah penting. Saya
telah bertemu dengan beberapa tokoh agama yang sangat penting dari
seluruh dunia dan kadang-kadang anda perlu untuk mengatakan kepada
mereka sejak awal,
"Meskipun saya sepenuhnya Muslim dan Saya menyatakan
bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahawa Muhammad adalah nabi-Nya,
saya masih menghormati agama Anda."
Penghormatan
terhadap agama lain dan kepercayaan mereka secara fundamental adalah
penting. Orang akan mendengar anda jika anda menghormati mereka. Jika anda keras kepada orang-orang, mereka menjadi defensif dan tidak ingin
mendengar apa yang anda katakan.Republica
No comments:
Post a Comment