Tuesday, August 7, 2012

Kamus Ramadhan 6 : Thuhru , Zhama’ Hakiki , ‘Umrah


http://al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2012/07/mursi-umrah.jpgط
طُهْرٌ

Thuhru  (Bersuci)

Khusus bagi muslimah, di antara permasalahan yang harus diperhatikan dengan baik dalam bulan Ramadhan adalah suci dari haid atau nifas. Inti permasalahan tersebut adalah:
  1. Jika wanita melihat dirinya sudah bersih namun masih terdapat tanda keruh atau kekuning-kuningan, ia masih haid, kerana tanda kesucian bagi wanita yang disebut dengan “putih bersih”. (fawaid fatawa tahummu al-mar’ah al-muslimah, syaikh ibnu Jibrin, hal 59, ringkasan)
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ummu Athiyah, beliau berkata: “Kami tidak menganggap warna keruh dan kekuning-kuningan sebagai suci sedikitpun.” (Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani)
  1. Jika wanita mendapatkan kesucian pada waktu siang hari di bulan Ramadhan, maka pendapat yang benar, tetap berbuka dan wajib mengqadha’ pada hari lain. (Majmu fatawa bin Baz; 4/213)
  2. Jika wanita mendapatkan kesuciannya sebelum fajar; maka diharuskan atasnya berpuasa dan tidak terhalang dirinya dari mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, namun tidak boleh mengakhirkannya hingga terbit matahari bahkan wajib atasnya bersuci dan menunaikan solat Subuh sebelum terbit matahari, begitu pula bagi yang junub. (fatawa syaikh bin Baz, dalam fatawa Islamiyah; 2/147)
  3. Jika wanita dibolehkan menggunakan ubat pencegah haid semasa haji kerana khawatir datang bulan, namun harus melalui konsultasi doktor spesialis terlebih dahulu demi keselamatan jiwanya, begitu pula pada bulan Ramadhan jika dirinya selesa berpuasa bersama-sama umat Islam lainnya. (Fatawa Lajnah Daimah, Fatawa Islamiyah; 1/241)

ظ

ظَّمَأُ ْحَقِيْقِيُّ

Zhama’ Hakiki (Rasa Haus Yang Sebenarnya)

Dalam berpuasa hendaknya kita selalu merenungkan hadits Nabi saw.:

 كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ ، وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَر
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan pahala dari puasa kecuali hanya dahaga, dan betapa banyak orang yang melakukan qiyam (solat tarawih) tidak mendapatkan pahala qiyam kecuali letih saja.” (Ad-Darimi, dan Al-Albani berkata: Isnadnya Jayyid)

Sedarilah, bahawa kerugian besar bagi orang yang tidak mampu membawa jiwanya berpuasa dari dosa-dosa. Ingatlah jika kita merasa haus semasa berpuasa, maka haus yang sebenarnya adalah rasa haus pada hari kiamat, pada masa itu orang merasa rugi dan menyesal. 

Sungguh, keselamatan bagi orang yang berpegang teguh  dengan sunnah Rasulullah saw., iaitu menahan rasa haus dari dosa. Nabi saw bersabda:

 “Sesungguhnya saya akan memberi kalian suatu lembah, bagi siapa yang melalui dihadapanku maka akan meminumnya, dan barangsiapa yang minum maka tidak akan merasa haus selamanya, dan akan diperlihatkan kepadaku suatu kaum, aku mengenal mereka dan mereka mengenalku, namun terhalang antaraku dengan mereka, maka aku sampaikan bahawa mereka merupakan umatku, maka dikatakan sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang terjadi setelahmu. Maka akupun berkata: celaka, celaka, bagi siapa yang berganti (agama) setelahku.” (Syaikhani)

Dalam atsar disebutkan bahwa Ibnu Al-Mubarak menghampiri air zam-zam, meminumnya, kemudian menghadap qiblat dan berkata:

اللَّهُمَّ إِنَّ ابْنَ الْمَوَالِ حَدَّثَنَا عَنْ مُحَمَّدِ بْن الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ((مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ)) وَهَذَا أَشْرَبُهُ لِعَطْشِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ شَرِبَهُ.
“Ya Allah bahawa Ibnu Al-Mawal menyampaikan kepada kami dari Muhammad bin Al-Makandari dari Jabir dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Air zamzam merupakan keuntungan bagi yang meminumnya.” Dan pada masa ini saya meminumnya untuk menahan rasa haus pada hari kiamat, kemudian beliau meminumnya.” (Siar A’lam Nubala; 8/393)

ع

عُمْرَةُ

‘Umrah (Melaksanakan Umrah)

Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. berkata kepada wanita Anshar yang bernama Ummu Sinan:
قَالَ « فَعُمْرَةٌ فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً. أَوْ حَجَّةً مَعِى                                   
 “Padahal umrah pada bulan Ramadhan sama pahalanya dengan berhaji atau haji bersama saya.” (Muslim)

Imam Nawawi menyebutkan bahawa makna menunaikan haji adalah darjatnya dan pahalanya sama. Menunaikan umrah pada bulan Ramadhan tidak bererti telah menunaikan haji. (bersambung - Kamus Ramadhan 7) - al-ikhwan

No comments:

Post a Comment