Ketika konsultan ahli bedah kardio-toraks yang akan menangani anak perempuannya datang, perasaan Brown campur aduk antara sedih dan takut.
"Tidak ada teman kecuali rasa takut, dan tidak ada tempat untuk berbahagi kesedihan sementara saya menunggu hasil pemeriksaan konsultan itu. Saya lalu pergi ke ruangan tempat berdoa di rumah sakit dan duduk bersimpuh," ujar Brown menceritakan kekalutan hatinya pada masa itu.
Ia
mengakui, itulah kali pertama dalam hidupnya ia berdoa dengan tulus dan
sungguh-sungguh.
"Sebagai seorang atheis, pada masa itulah pertama kalinya saya, dengan setengah hati, mengakui Tuhan. Saya katakan setengah hati, malah dalam situasi panik itu, saya tidak sepenuhnya meyakini Tuhan. Saya cuma berdoa dengan sikap skeptis. Tuhan, jika Tuhan itu memang ada, Tuhan akan menyelamatkan anak perempuan saya, saya berjanji akan mencari dan mengikuti agama yang paling menyenangkan hati-Nya," kata Brown.
Sekitar 10 sampai 15 minit kemudian, Brown
kembali ke ruang perawatan intensif anak perempuannya dan sangat terkejut mendengar
penjelasan konsultan bedah yang mengatakan bahawa anak perempuannya akan
baik-baik saja.
Perkataan konsultan itu terbukti, dalam waktu dua hari, keadaan bayi perempuan Brown menunjukkan kemajuan tanpa perlu diberi ubat-ubatan dan menjalani pembedahan. Bayi perempuan Brown yang diberi nama Hannah itu selanjutnya membesar dengan normal seperti anak-anak lainnya.
Setelah anak perempuannya dinyatakan sihat, sekarang giliran Brown
yang perlu memenuhi janjinya di depan Tuhan, semasa ia berdoa memohon
keselamatan Hannah.
Ia mengatakan, sebagai seorang atheis, mudah bagi Brown
untuk membina kembali ketidakpercayaannya akan eksistensi Tuhan, dan
menyerahkan pemulihan anak perempuannya pada doktor dan bukan pada Tuhan. Tapi Brown tidak melakukan itu.
"Dalam perjanjian itu, Tuhan sudah menunjukkan kebaikannya, dan saya merasa juga harus melakukan hal yang sama. Tuhan sudah mengabulkan doa saya," tegas Brown.
Selama beberapa tahun Brown berusaha memenuhi "perjanjian"nya dengan Tuhan. Tapi ia merasa gagal menemui agama ingin ia peluk. Brown
mempelajari Judaisme, beragama aliran Kristian, tapi tidak pernah merasa
bahawa ia telah menemui kebenaran.
"Selama beberapa waktu, saya mendatangi berbagai gereja aliran Kristian. Yang paling lama, saya ikut jamaah gereja Katolik Roma, tapi saya tidak pernah secara rasmi memeluk agama itu," kata Brown.
Ia
mengaku tidak pernah boleh memilih agama Kristian kerana alasan
sederhana; ia tidak boleh menemui kesesesuaian ajaran alkitab tentang Jesus dengan ajaran dari berbagai sekte Kristian lainnya. Kerana tak
menemui agama yang sesuai dengan hatinya, Brown akhirnya memilih berdiam diri di rumah dan banyak membaca.
Di masa-masa itulah, Brown mengenal Al-Quran dan buku biografi Nabi Muhammad Saw. yang ditulis oleh Martin Lings, berjudul "Muhammad, His Life Based on Earliest Sources".
Dari Al-Quran yang dibacanya, Brown
menemui bahawa kitab suci umat Islam itu mengajarkan bahwa Tuhan itu
hanya satu, dan nabi-nabi seperti Nabi Musa dan Jesus (Nabi Isa) juga
mengajarkan tentang keesaan Tuhan.
Satu konsep berbeza yang pernah ia
tahu dalam ajaran agama Judaisme dan KristIian yang pernah dipelajarinya
bertahun-tahun. Setelah membaca buku biografi Nabi Muhammad Saw. Brown juga mulai meyakini bahawa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir.
"Tiba-tiba
saja semuanya seperti masuk akal, seiring dengan keyakinan yang muncul
itu. Penerusan rantaian kenabian, turunnya wahyu, hanya satu Tuhan yang
Maha Besar, dan lengkapnya wahyu-wahyu Allah dalam Al-Quran, tiba-tiba
menimbulkan rasa yang sempurna. Inilah yang membuat saya kemudian menjadi seorang Muslim," kata Brown.
Sehingga sekarang, sudah 10 tahun Laurence Brown menjadi seorang muslim. Selama itu, ia belajar satu perkara, bahawa "Di
luar sana banyak orang yang lebih cerdas dan pandai dibandingkan
dirinya, tapi orang-orang itu tidak mampu mengetahui kebenaran Islam," ujar Brown.
"Yang
terpenting bukanlah berapa pintar seseorang, tapi satu pencerahan
seperti yang ditegaskan Allah bahawa mereka yang percaya agama Allah,
tetap akan tidak percaya, walaupun jika diberi peringatan akan dosa jika
menolak adanya Allah. Jika demikian, Allah juga akan mengabaikan
mereka dan menjauhkan mereka dari kebenaran-Nya ..."
"Kerananya, saya bersyukur pada Allah yang telah memberi petunjuk, dan saya memperkuat petunjuk itu dengan satu formula
yang sederhana; mengakui adanya Tuhan, menyembah hanya Allah sahaja,
dengan sungguh-sungguh berjanji untuk mencari dan mengikuti kebenaran
ajaran-Nya, lalu menerima hidayah-Nya,"kata Brown. (ln/oi)
salam. bleh tuan dtg kn rujukan utk artikal2 tuan
ReplyDeleteboleh check kat sini juga.. Geng Baik KISAH MUALLAF.BLOGSPOT
ReplyDelete